Total Tayangan Halaman

Selamat Datang Bagi Semua

Blog ini berisi konten-konten yang menarik dari berbagai sumber, yang mungkin bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian..

Minggu, 24 Juli 2011

Misteri Kura-kura Selamat dari 'Kiamat'

Bukan karena cangkangnya yang keras. Tapi, fakta bahwa mereka tidak serakah.

Kura-kura bertahan, Dinosaurus tidak (Yale Peabody Museum)

VIVAnews -- Dinosaurus mungkin pernah menjadi penguasa dunia dengan badan besar, cakar tajam, dan giginya yang mengerikan. Namun, saat mereka akhirnya punah dari muka Bumi, kura-kura Boremys yang sederhana justru selamat dari serangan meteorit yang menghantam Bumi 65 juta tahun lalu.

Buktinya adalah sebuah fosil yang ditemukan oleh palaeontolog Amerika Serikat di formasi batuan di North Dakota dan Montana menjadi bukti. Fosil tersebut diperkirakan milik mahluk yang hidup di periode pasca serangan meteor: Kura-kura air.

Apa rahasianya Kura-kura bisa bertahan hidup? Menurut pada ilmuwan, itu bukan karena cangkangnya yang keras. Tapi, fakta bahwa mereka tidak serakah.

Metabolisme mereka yang lamban menjadi kunci bertahan hidup di periode pasca serangan meteor. Di mana hanya sedikit makanan yang tersisa. Mereka juga terlindungi oleh air, yang jadi satu dari dua habitat mereka.

"Kura-kura adalah hewan yang tangguh, mereka mempu bertahan di masa-masa sulit," kata Tyler Lyson dari Yale University kepada LiveScience. Selain itu, "hewan yang hidup di air terlindungi dari apapun yang bisa membunuh tanaman darat dan Dinosaurus."

Kebiasaan kura-kura juga jadi kunci penting yang menyelamatkan. Saat kondisi dingin, kura-kura akan berhibernasi. Namun, ketika sangat panas atau kering, kura-kura air akan mengubur dirinya di lumpur -- menunggu kondisi normal. Ini yang mungkin mereka lakukan saat periode kemusnahan Dinosaurus.
Meteor penyebab mass extinction, fenomena musnahnya dinosaurus.

Untuk diketahui, meteorit yang memusnahkan Dinosaurus memiliki lebar antara enam sampai sembilan mil, yang menghantam Semenanjung Yukatan, di selatan Meksiko. Tubrukan itu melepaskan sekitar 100 juta megaton energi. Masa itulah yang kemudian dikenal sebagai K-T Boundary -- periode kemusnahan massal mahluk hidup.

Para ilmuwan menemukan binatang-binatang tang selamat dari 'kiamat' itu dengan cara mencarinya di antara bebatuan yang memiliki keunikan geologis.

Kala itu, hampir seluruh hewan darat tersapu bersih, musnah. Termasuk jenis penyu. Namun, Kura-kura Boremys -- khususnya famili Baenid luput. "Hewan kecil yang memiliki metabolisme lambat dan hidup di air, mereka bertahan dengan baik di K-T Boundary," tambah Lyson. "Di dalam air, sebelum dan setelah tubrukan meteor, semua berlangsung seperti biasa."

Namun, Kura-kura Boremys pun akhirnya menyerah pada alam dan waktu. Mereka akhirnya punah sekitar 40 juta tahun lalu -- setelah sempat hidup sekitar 85 juta tahun di Bumi.

Para ilmuwan menduga, hewan tersebut punah karena dimangsa predator. Salah satu alasannya, mereka tak bisa menyembunyikan kepalanya di cangkang -- kemampuan yang dimiliki Kura-kura modern. (Daily Mail, umi)

Kurangi Karbon, Australia Bantai Unta Lagi

Unta-unta liar ini dianggap sebagai biang kerok tingginya emisi karbon Australia

Unta (AP Photo/Khalid Tanveer)

VIVAnews - Pemerintah Australia sedang mempertimbangkan cara untuk menurunkan emisi gas karbon di negaranya. Salah satunya dengan membunuh unta-unta liar secara masal.
"Kami bangsa inovator dan kami menemukan solusi terhadap tantangan kami. Ini hanya contoh klasik," kata direktur manajer karbon Australia Bagian Barat Laut sebagaimana dikutip Australian Associated Press.
Di Australia sendiri, populasi unta liar diperkirakan berjumlah sekitar 1,2 juta. Populasi unta itu tumbuh 10 persen setiap tahun dan menjadi dua kali lipat setiap sembilan tahun.

Pertimbangan untuk membantai unta ini datang dari para ahli lingkungan negeri kanguru itu. Para ahli lingkungan Australia sendiri telah mengkampanyekan usulan pembunuhan masal unta ini selama bertahun-tahun sebagai solusi mengurangi efek gas rumah kaca.

Binatang padang pasir itu dipandang sebagai salah satu biang kerok tingginya emisi karbon di Australia, karena menghasilkan banyak gas metan dan memakan terlalu banyak tumbuhan.

Seekor unta diperkirakan menghasilkan 100 pound gas metan per tahun atau  setara dengan 1,1 ton karbon dioksida (CO2) sebagai gas rumah kaca. Jumlah ini sama dengan satu per enam jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mobil-mobil Amerika Serikat.

Sementara itu, parlemen Australia juga sedang mempertimbangkan cara lain untuk mengurangi gas rumah kaca. Membunuh unta-unta ini hanyalah salah satu pilihan. Dua pilihan lainnya adalah mengekstrak gas metan dari tempat pembuangan sampah. Selain itu, mengubah cara Suku Aborigin yang mengelola padang rumput dengan cara membakar adalah opsi ketiga.

Sebuah insentif ekonomi akan diberikan kepada para petani dan pemilik lahan yang membantu menurunkan polusi karbon. Intensif itu diberikan kepada para petani dan pemilik lahan jika mengurangi karbon, seperti penanaman pohon dan merubah manajemen pengolahan lahan sehingga tidak menghasilkan gas metan.

Pemerintah Australia juga akan membentuk sebuah tim yang akan memutuskan solusi mana yang akan diambil pada akhir tahun ini. Apakah cara pembunuhan unta atau opsi lainnya.

Sebelumnya, Australia juga pernah melakukan pembunuhan massal terhadap unta-unta liar. Pembunuhan masal itu dilakukan setelah terjadi over populasi unta di sana. Sehingga, unta-unta itu memasuki perkampungan dan merusak pertanian masyarakat.

Kehidupan Laut di Ambang Kepunahan Massal

Kepunahan massal sebelumnya terjadi pada 65 juta tahun lalu.

Kepunahan massal sebelumnya terjadi pada 65 juta tahun lalu. Namun ketika itu penyebabnya adalah asteroid yang menghantam Bumi. (euphoria-magazine.com)

VIVAnews - Kehidupan di laut berada dalam risiko akan kepunahan massal terbesar dalam jutaaan tahun terakhir akibat berbagai ancaman yang ditimbulkan manusia. Ancaman tersebut antara lain adalah penangkapan ikan secara berlebihan, perubahan iklim, dan limbah yang mengalir ke laut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh International Programme on the State of the Ocean (IPSO), kita mulai kehabisan waktu untuk mengatasi bahaya misalnya hancurnya kehidupan karang atau penyebaran “zona mati” atau kawasan rendah oksigen.

“Dalam satu generasi saja, kita kini menghadapi kehilangan sejumlah spesies bahkan seluruh ekosistem laut seperti terumbu karang,” sebut penelitian yang dilakukan oleh 27 pakar yang akan mempresentasikan hasil penelitian mereka di PBB.

Dalam laporannya, para peneliti menyebutkan, kecuali ada tindakan yang diambil saat ini juga, konsekuensi dari aktivitas manusia berisiko tinggi menyebabkan berbagai kombinasi efek dari perubahan iklim, eksploitasi berlebihan dan polusi. “Hilangnya habitat merupakan agenda pemusnahan massal yang segera terjadi di laut,” sebut laporan itu.

Dikutip dari News Daily, 24 Juni 2011, pada laporan itu para ilmuwan mencatat, dalam 600 juta tahun terakhir terdapat 5 kejadian pemusnahan massal di Bumi. Yang terakhir terjadi adalah ketika asteroid menghantam planet ini pada 65 juta tahun lalu dan menyebabkan musnahnya dinosaurus.

Sebelumnya, sekitar 250 juta tahun lalu, asteroid juga diperkirakan pernah menghantam dan menyebabkan pemusnahan massal terbesar yang pernah terjadi di Bumi.

“Temuan bahwa akan musnahnya kehidupan laut sangat mengejutkan,” kata Alex Rogers, Scientific Director IPSO yang menuliskan kesimpulan. “Ikan merupakan sumber protein utama bagi seperlima populasi dunia dan laut mendaur oksigen serta membantu menyerap karbon dioksida, gas rumah kaca utama yang ditimbulkan oleh umat manusia,” ucapnya. (eh)

'Kota Misterius' Muncul di Atas Sungai China

Banyak spekulasi soal kemunculan kota misterius itu.

Kota Misterius di China (YouTube)

VIVAnews - Pemandangan menakjubkan muncul di China pada awal bulan ini. Sebuah kota misterius muncul di atas Sungai Xin'an.

Kota misterius itu muncul di langit Cina Timur setelah hujan deras. Saat itu, kondisi lembab menutupi Sungai Xin'an.

Kota misterius itu terlihat seperti pemandangan kota lainnya. Tampak gedung pencakar langit, beberapa gunung dan sedikit pohon-pohon.

Pemandangan itu terlihat oleh warga di Kota Huanshan. Muncul beragam spekulasi dari mereka, diantaranya menganggap tempat itu merupakan 'pusara' dari 'peradaban yang hilang'.

"Ini benar-benar luar biasa, terlihat seperti sebuah adegan di film, di negeri dongeng," kata seorang warga kepada saluran berita Inggris, ITN sebagaimana dimuat laman foxnews.com, 27 Juni 2011.

Namun, semua itu ternyata tak nyata alias fatamorgana. Para ilmuwan telah membatalkan teori 'pusara' dan 'peradaban yang hilang'.

Para ahli percaya pemandangan itu mungkin hanya sebuah fatamorgana yang disebabkan ketika kelembaban di udara yang menjadi lebih hangat dari suhu air di bawahnya.

Ketika sinar matahari melewati udara dingin ke udara hangat, cahaya itu dibiaskan atau belokan. Sehingga menciptakan sebuah bayangan di udara yang terlihat mirip dengan sebuah bayangan di air.

Refleksi itu merupakan pemandangan umum bagi banyak wisatawan yang berkunjung di daerah basah. (umi)

2022, Jerman Tutup Seluruh Pembangkit Nuklir

Delapan PLTN ditutup permanen. Sementara 9 lainnya ditutup bertahap hingga akhir 2022.


Dari 17 reaktor nuklir yang beroperasi di negeri tersebut, sebanyak 8 di antaranya langsung ditutup secara permanen. Sementara 9 reaktor lainnya akan ditutup secara bertahap hingga akhir 2022. (AP Photo/Michael Probst)

VIVAnews - Parlemen Jerman menyetujui rencana untuk menutup pembangkit listrik tenaga nuklir di negeri tersebut pada tahun 2022 mendatang. Langkah ini membuat motor penggerak ekonomi Eropa itu fokus ke ambisi mereka untuk menggunakan energi terbarukan.

Rencana penutupan PLTN itu terjadi setelah kasus kebocoran reaktor nuklir akibat gempa dan tsunami Jepang. Dari pemungutan suara, 513 anggota parlemen setuju penutupan, 79 tidak setuju, dan 8 abstain.

Dari 17 reaktor nuklir yang beroperasi di negeri tersebut, sebanyak 8 di antaranya langsung ditutup secara permanen. Sementara 9 reaktor lainnya akan ditutup secara bertahap hingga akhir 2022.

Pada tahun 2020, Jerman berencana untuk melipatgandakan energi yang didapat dari air, angin, matahari, dan biogas setidaknya hingga 35 persen kebutuhan energi. Sampai tahun ini sendiri, sumber energi nuklir memasok sekitar 25 persen dari kebutuhan listrik nasional.

"Orang bertanya-tanya, apakah Jerman mampu melakukan hal ini? Pasalnya, ini merupakan kali pertama salah satu negara industri utama menyatakan siap melakukan revolusi teknologi dan ekonomi seperti ini," kata Norbert Roettgen, Menteri Lingkungan Jerman, seperti dikutip dari AP, 1 Juli 2011.

Roettgen menyebutkan, pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa Jerman siap untuk itu. "Ini akan membawa dampak yang baik bagi Jerman," ucapnya.

Pemerintah sendiri belum merinci lebih detail seputar rencana mereka untuk beralih ke sumber energi terbarukan. "Tentu itu akan memakan biaya besar. Namun itu tidak akan melampaui beban yang harus kita tanggung," ucap Roettgen. (sj)

Pekan Lalu Suhu Bumi 48 Derajat Celsius

Di Mekkah, suhu rata-rata Mei mencapai 34,4 derajat Celsius. Adapun Juni di 36,2 derajat.

Suhu tertinggi Bumi pekan lalu terjadi di Mekkah. Sebagai gambaran, suhu rata-rata bulan Mei mencapai 34,4 derajat Celsius. Adapun bulan Juni di kisaran 36,2 derajat. (saharamet.com)

VIVAnews - United Nations World Meteorological Organization (UNWMO), lembaga khusus PBB yang bertugas untuk memantau cuaca dan iklim, melaporkan pada pekan lalu suhu terpanas di Bumi sempat mencapai 118,4 derajat Fahrenheit atau 48 derajat Celsius.

Adapun di kawasan terdingin, suhu juga mencapai 118,4 derajat Fahrenheit di bawah nol, atau sekitar minus 76,1 derajat Celsius.

Sebagai informasi, UNWMO, yang membuat standarisasi untuk pemantauan cuaca dan menyediakan jaringan telekomunikasi global untuk distribusi data, mengumpulkan data lebih dari 10 ribu stasiun pengamat cuaca di seluruh dunia.

Dikutip dari Earth Week, 4 Juli 2011, temperatur tertinggi terjadi di Mekkah, Arab Saudi. Adapun suhu terdingin yang tercatat, terjadi di kawasan stasiun penelitian Vostok Antarctic milik Russia di Kutub Selatan.

Meski suhu di kedua tempat tersebut tercatat cukup ekstrim, suhu terpanas dan terdingin tersebut belum memecahkan rekor temperatur tertinggi dan terendah sebelumnya.

Menurut data yang dirilis oleh World Meteorological Organization dan dirangkum oleh Arizona State University, suhu terpanas yang pernah terjadi di Bumi adalah pada 13 September 1922 di El Azizia, Libya. Ketika itu suhu di kawasan yang berada pada ketinggain 112 meter di atas permukaan laut itu tercatat mencapai 136 derajat fahrenheit atau 57,8 derajat celcius.

Suhu terdingin yang pernah melanda kawasan di Bumi sendiri terjadi pada 21 Juli 1983 di kawasan Vostok, Antartika. Suhu kawasan yang berada di ketinggian 3420 meter di atas permukaan laut itu sempat mencapai minus 128,5 derajat fahrenheit atau minus 89,2 derajat celcius.

Di Mekkah sendiri, menurut catatan National Climatic Data Center, pada bulan Juni lalu, suhu rata-ratanya mencapai sekitar 36,2 derajat Celsius. Adapun pada bulan Mei, suhu rata-rata Mekkah ada di kisaran 34,4 derajat Celsius. (ren)

Dari Mana Datangnya Air di Bumi?

Air tidak muncul bersamaan dengan terbentuknya Bumi, sekitar 4,5 miliar tahun lalu.

Kalau air hadir bersamaan dengan terbentuknya planet Bumi pada 4,5 miliar tahun lalu, ia kemungkinan besar sudah menguap karena panasnya Matahari yang ketika itu masih muda. (starryskies.com)

VIVAnews - Asal muasal air di planet kita, yang meliputi hingga 70 persen dari permukaan Bumi masih misterius bagi para ilmuwan. Banyak yang berpendapat bahwa air tidak muncul bersamaan dengan terbentuknya Bumi, namun objek dari angkasa yang mengantarkannya ke planet kita.

Diperkirakan, kalau air datang bersamaan dengan terbentuknya planet Bumi pada 4,5 miliar tahun lalu, ia kemungkinan besar sudah menguap karena panasnya Matahari yang ketika itu masih muda. Artinya, air kemungkinan datang dari tempat lain.

Planet-planet dalam (Merkurius, Venus, Mars) juga ketika tata surya baru mulai dibentuk, masih terlalu panas untuk menyimpan air. Jadi, kemungkinan air di Bumi juga tidak datang dari sana. Namun, planet-planet dan benda-benda angkasa lain seperti bulan-bulan milik Jupiter, komet, dan lain-lain cukup jauh dari Matahari hingga memungkinkan untuk punya es.

Selama periode sektar 4 miliar tahun lalu, yang disebut dengan periode Late Heavy Bombardment, objek raksasa, kemungkinan datang dari luar tata surya, menghujani Bumi dan planet-planet dalam lainnya. Ada kemungkinan bahwa objek-objek ini dipenuhi oleh air. Tabrakan Bumi dengan objek-objek inilah yang membuat planet kita dipenuhi air.

Lalu, objek apa yang mengantarkan air?

Untuk beberapa lama, astronom memperkirakan bahwa komet, terbuat dari bongkahan es dan batu yang memiliki uapan es di buntutnya yang panjang dan terus-menerus mengitari Matahari, diperkirakan menjadi pelakunya.

Namun demikian, pengukuran jarak jauh terhadap air yang menguap dari beberapa komet besar yang ada saat ini seperti komet Halley, Hyakutake, dan Hale-Bopp mengungkapkan bahwa es yang ada di sana terbuat dari tipe H2O yang berbeda karena mengandung isotop hidrogen yang lebih berat dibanding es yang biasa ada di Bumi.

Artinya, komet-komet ini bukanlah sumber air bagi Bumi.

Dicoretnya komet-komet besar dari daftar tersangka sumber air, astronom kembali mencari petunjuk apakah air yang ada di bumi datang dari sabuk asteroid.

Kawasan yang terdiri dari ratusan ribu asteroid yang mengorbit Matahari di antara planet dalam dan planet luar sebelumnya diyakini terlalu dekat ke Matahari untuk menyimpan air. Namun dari bukti-bukti terbaru, diketahui bahwa ada es di asteroid 24 Themis yang ada di sana.

Temuan ini, dan es di asteroid lain mengindikasikan bahwa kemungkinan ada lebih banyak es di sabuk asteroid dibanding perkiraan sebelumnya. Ini kemungkinan menjadi sumber datangnya air di Bumi.

Saat ini, seperti dikutip dari Life’s Little Mysteries, 14 Juli 2011, satelit pemantau seperti DAWN milik NASA sudah dikirim untuk mengeksplorasi asteroid. Harapannya, dalam beberapa tahun ke depan, kita akan mengetahui lebih banyak seputar es air misterius yang berpotensi membantu kita memahami bagaimana asal muasal air di Bumi.

Terungkap, Durasi 1 Hari di Planet Neptunus

Temuan ini merupakan peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap rotasional planet.

Neptunus, planet gas dengan massa 17 kali lipat lebih besar dibanding Bumi. (sarkanniemi.fi)

VIVAnews - Dengan melacak beberapa fitur tertentu di atmosfir, peneliti berhasil melakukan pengukuran akurat pertama terhadap periode rotasi planet Neptunus. Ternyata, satu hari di planet itu berlangsung tepat selama 15 jam, 57 menit dan 59 detik.

Temuan ini memperkaya pengetahuan kita seputar hal yang fundamental di Neptunus dan menyediakan pula mekanisme untuk memahami bagaimana massa planet itu didistribusikan. Seperti diketahui, Neptunus merupakan planet raksasa yang terbuat dari gas.

“Neptunus memiliki dua fitur yang memungkinkan untuk dipantau oleh Hubble Space Telescope yang tampaknya mengatur rotasi interior dari planet tersebut,” kata Erich Karkoschka, ilmuwan dari Lunar and Planetary Laboratory, University of Arizona, seperti dikutip dari Cosmos Magazine, 4 Juli 2011.

Fitur seperti ini, Karkoschka menyebutkan, tidak pernah dijumpai di planet gas raksasa lainnya.

Untuk mencari tahu berapa durasi satu hari di planet itu, Karkoschka mengukur putaran Neptunus dengan mengamati dua fitur yang terlihat mata milik atmosfir planet tersebut. Ia kemudian mengukur garis bujur di antara setiap gambar yang ditangkap lalu menentukan interval waktu antara observasi dan menyediakan informasi periode putaran.

Berhubung Neptunus telah berotasi sekitar 10 ribu kali dalam 20 tahun terakhir, Karkoschka dapat mengetahui secara akurat periode putaran dengan melacak fitur-fitur ini dalam jangka waktu tersebut.

Hasil penelitian ini merupakan peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap rotasional planet gas sejak pertamakali Giovanni Cassini berhasil mendapati bintik merah planet Jupiter, pada 350 tahun lalu.

Saat ini di kalangan ilmuwan sendiri tampak muncul konsensus bahwa temuan Karkoschka memang akurat. Menurut Craig O’Neill, ilmuwan antariksa dari Macquarie University, Australia, temuan Markoschka seputar periode fitur milik atmosfir Neptunus tepat.

“Selain itu, Karkoschka juga menunjukkan bahwa di kawasan kutub, kecepatan angin lebih rendah dibanding di khatulistiwa,” ucap O’Neill. “Pertanyaan besar berikutnya adalah, bagaimana caranya itu bisa terjadi,” ucapnya.

Singa Berselera Makan Manusia Setelah Purnama

Mayoritas serangan terjadi sekitar waktu Magrib hingga pukul 10 malam.


VIVAnews - Ternyata selera makan singa Afrika terhadap daging manusia semakin besar, setelah terjadinya bulan purnama (full moon). Hal itu terungkap dari riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal online Public Library of Science ONE.
Riset ini meneliti 500 kasus serangan singa Afrika terhadap manusia, yang terjadi di pedesaan di Tanzania antara 1988 dan 2009. Dari hasil riset, ternyata lebih dari dua per tiga korban manusia yang disergap si raja hutan, dibunuh dan dimakan.
Mayoritas serangan terjadi sekitar waktu Magrib (saat matahari terbenam) hingga pukul 10 malam, di saat bulan sudah tidak lagi menunjukkan cahaya yang terang.
Seperti dikutip dari Sidney Morning Herald, waktu paling berbahaya bagi manusia adalah ketika jam-jam aktif singa setelah matahari terbenam, terutama saat hari-hari setelah bulan purnama.
 Pola itu ditemukan ketika para peneliti mengkategorikan serangan-serangan berdasarkan fase bulan. Sepertiga serangan lebih sering terjadi selama paruh terakhir siklus hari, di mana hanya ada sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada cahaya bulan.
"Bahaya menurun di malam-malam di mana bulan semakin terang, dengan jumlah serangan yang sangat sedikit terjadi pada malam-malam sebelum bulan purnama," tulis jurnal hasil penelitian tersebut.
Setelah bulan purnama lewat, bahaya meningkat ketika singa yang lapar beroperasi di tengah gelap, pada malam-malam sisa siklus bulan. Serangan singa juga akan meningkat selama musim hujan ketka bulan tertutup oleh awan.

Enam Fenomena Paling Misterius di Lautan

Ada sebuah tempat di mana semua keanehan terjadi sekaligus: Segitiga Bermuda.

Segitiga Bermuda (NASA)

VIVAnews - Lautan penuh dengan misteri. Manusia kebanyakan memilih mengaguminya dari tepian. Ada beberapa lokasi laut di dunia yang ditakuti. Di mana pesawat dan kapal menghilang tanpa jejak. Atau punya pusaran air raksasa, ombak dahsyat, atau lingkaran cahaya misterius di dalam air. Ada sebuah tempat di mana semua fenomena terjadi sekaligus: Segitiga Bermuda.

Berikut fenomena misterius di lautan seperti dimuat situs berita Rusia, Pravda:

1. Segitiga BermudaMeliputi wilayah yang luasnya jutaan kilometer persegi. Disebut segitiga karena lokasinya yang berada di antara tiga wilayah -- Kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan Fort Lauderdale.

Misteri Segitiga Bermuda dipicu peristiwa hilangnya skuadron yang terdiri atas lima pembom torpedo Angkatan Laut pada 5 Desember 1945. Jasad 14 kru Penerbangan 19 hingga saat ini tidak ditemukan. Setidaknya ada 50 kapal dan pesawat yang dilaporkan hilang di wilayah itu. Namun, Segitiga Bermuda kehilangan reputasi mistisnya, juga daya tariknya pertengahan tahun 1980-an.
Sejumlah teori berusaha menjelaskan fenomena aneh di Segitiga Bermuda - dari pseudosains, paranormal, sampai UFO. Namun, yang paling meyakinkan dikemukakan oleh Joseph Monaghan dari Monash University. Pada 2003, ilmuwan tersebut menulis artikel dalam American Journal of Physics. Judulnya, 'Bisakah Gelembung Metana Menenggelamkan Kapal?'

Menurut Monaghan, gelembung besar  bisa terbentuk dari deposit metana padat -- yang dikenal dengan gas hidrat. Untuk diketahui gas metan bisa memadat di bawag tekanan besar di dalam laut. Deposit metana yang mirip es bisa pecah, berubah gas, dan menciptakan gelembung di permukaan air. Konsentrasi gas yang lepas bisa menyebabkan kerusakan alat elektronik pada pesawat juga kapal. Tak hanya itu, kapal bisa tenggelam di lokasi tersebut karena pengurangan kepadatan (densitas) air secara mendadak.

Fenomena lain di Segitiga Bermuda disebut Flying Dutchman - lenyapnya awak kapal secara misterius. Teori ilmiah ditawarkan untuk menjelaskan dari hilangnya para pelaut itu. Yakni infrasonik. Beberapa ilmuwan yakin, infrasonik itu ditimbulkan gelembung gas metana saat naik ke permukaan.

Getaran infrasonik memicu resonansi berbahaya di jantung dan pembuluh darah. Saat itu, manusia yang terkena bisa terserang panik. Ini mungkin yang membuat para pelaut panik dan melompat ke luar kapal - untuk melepaskan diri dari perasaan aneh yang menimpanya.

Bagaimanapun, tak ada satupun teori yang menjelaskan, mengapa pada pertengahan tahun 1980-an, Segitiga Bermuda berhenti  melahap kapal dan pesawat.  Mungkin karena kemajuan teknologi pesawat dan kapal.


2. Laut Sargasso
Banyak orang menyamakan Laut Sargasso dengan Segitiga Bermuda. Padahal perairan ini terdapat di tenggara Segitiga Bermuda di Samudera Atlantik. Ada beberapa keunikan di wilayah ini. Samudera bergerak searah jarum jam, tedapat banyak alga Sargassum di dalamnya.

Laut ini memiliki pusaran raksasa yang memiliki aturannya sendiri. Temperatur di luar pusaran jauh lebih tinggi dari bagian luarnya. Sejumlah orang yang berlayar di sana mengaku melihat fatamorgana: misalnya, Matahari terbit di Timur dan Barat dalam waktu bersamaan.

Richard Sylvester dari University of Western Australia berpendapat, pusaran raksasa Sargasso bersifat sentrifugal -- yang lantas menciptakan pusaran kecil yang mencapai wilayah segitiga bermuda. Pusaran kecil ini menimbulkan siklon mini di udara -- cukup kuat untuk mencelakakan sebuah pesawat kecil.

3. Laut Setan (Devil's Sea)
Ini adalah wilayah di Pasifik, sekitar Pulau Miyake - 100 kilometer Selatan Tokyo. 'Saudara' Segitiga Bermuda ini tidak bisa ditemukan di peta manapun, namun para pelaut memilih untuk menghindarinya. Badai bisa muncul secara tiba-tiba dan menghilang sama mendadaknya. Paus, lumba-lumba, bahkan burung tak hidup di wilayah itu. Sembilan kapal menghilang dalam waktu lima tahun pada tahun 1950-an. Yang paling terkenal adalah menghilangnya Kaiyo Maru No.5, kapal riset Jepang.

Laut Setan berada di kawasan seismik yang sangat aktif. Lantai laut bergerak konstan. Pulau vulkanik muncul dan menghilang secara reguler. Wilayah ini juga diketahui sangat aktif aktivitas siklonnya.

4. Tanjung Harapan
Daerah ini juga dikenal sebagai Tanjung Badai. Kapal-kapal besar tenggelam dalam kurun waktu ratusan tahun. Sebagian besar kapal hancur karena cuaca buruk, khususnya ombak mematikan, atau 'cape roller'. Para ilmuwan menyebutnya gelombang soliter -- yang tingginya bisa mencapai 30 meter, sejatinya terdiri dari dua ombak yang bergabung menjadi satu.

Gelombang raksasa itu menciptakan rongga besar, yang tingginya hanya sedikit lebih rendah dari gelombang itu. Meski fenomena ombak ini bisa terjadi di laut lainnya, namun area di Tanjung Harapan yang paling bahaya.

5. Bagian Timur Samudera Hindia dan Teluk Persia
Daerah ini dikenal fenomena yang sangat mengesankan dan misterius: lingkaran cahaya raksasa yang berputar-putar di permukaan air.

Ahli kelautan Jerman, Kurt Kahle percaya, fenomena itu adalah akibat dari gempa bawah laut, yang menimbulkan pendaran plankton. Lalu timbul gerakan seperti putaran roda. Namun, hipotesis ini menuai kritik akhir-akhir ini karena belum mampu menjelaskan transformasi lingkaran cahaya secaralogis. Sains modern juga belum mampu menjelaskan bentuk lingkaran sempurna obyek tersebut. Karenanya, muncul teori baru yang sebenarnya lebih tak masuk akal: UFO.

6. Pusaran air (maelstrom)
Meski tak terlalu mengesankan seperti pusaran air di Laut Sargasso. Namun para pelaut tahu fenomena menakjubkan tentang pusaran jenis ini. Pusaran air ini terjadi dua kali  sehari, di bagian barat laut Laut Norwegia Kata 'maelstrom' dipopulerkan oleh Edgar Alan Poe. Maelstrom adalah air yang berputar kuat dan besar. Permukaan air dari pusaran lebihrendah puluhan meter dari permukaan air laut. Kekuatannya puluhan kali lipat dari arus biasa.

Yang aneh, pusaran berubah arah berlawanan setiap tiga sampai empat bulan. Bisa terjadi di manapun, termasuk Segitiga Bermuda. Diyakini, pusaran berputar berlawanan arah jarum jam di belahan bumi utara dan searah jarum jam di bagian bumi selatan. (adi)

Ditemukan, Awan Air Terbesar di Jagad Raya

Massa air itu sudah berusia 12 miliar tahun dan 140 triliun kali dari semua massa air bumi

Uap air terbesar di jagad raya (MSNBC)

VIVAnews - Para ilmuwan baru-baru ini berhasil menemukan massa air raksasa terbesar dan tertua di jagad raya.
Massa air berbentuk awan itu, berusia 12 miliar tahun dan diperkirakan mengandung massa air  yang besarnya 140 triliun kali lipat dari seluruh massa air yang ada di bumi.
Awan uap air itu dikelilingi oleh sebuah lubang hitam supermasif yang dikenal dengan quasar, berada di lokasi yang berjarak sekitar 12 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Seperti dikutip stasiun berita MSNBC, para ilmuwan mengatakan bahwa temuan ini membuktikan bahwa air telah ada sejak awal keberadaan jagad raya
"Karena cahaya yang kita lihat meninggalkan kuasar itu lebih dari 12 tahun cahaya, kita melihat kehadiran air hanya sekitar 1,6 milar setelah awal dari jagad raya," ujar Alberto Bolatto, salah seorang peneliti dari University of Maryland lewat sebuah pernyataan.
"Penemuan ini menandai keberadaan air semiliar tahun lebih dekat dengan peristiwa dentuman besar," kata Bolatto.
Quasar adalah obyek bercahaya dan paling energetik di alam raya. Kuasar ditenagai oleh lubang hitam besar yang menghisap gas-gas dan debu di sekitarnya lalu memuntahkan energi dalam jumlah ebsar.
Para tim astronom berhasil mendeteksi dan mengkonfirmasi keberadaan awan air itu di sekeliling quasar, melalui dua teleskop berbeda, satu di Hawaii dan satu lagi di California.
Peneliti memperkirakan, bahwa uap air itu terbentuk di awal kemunculan alam raya. Jadi, penemuan awan tua ini tida terlalu mengagetkan mereka. "Ini adalah bukti selanjutnya di mana air  meresap ke seluruh alam semesta, bahkan di saat-saat yang sangat awal," ujar pemimpin penulis riset, Matt Bradford, dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.

Berwujud Es
Quasar APM 08279+5255  mengandung uap air yang besarnya 4.000 kali lebih besar daripada galaksi Bima Sakti, kata para peneliti. Hal ini mungkin dikarenakan banyak air di galaksi Bima Sakti yang berwujud es, bukan uap.
Uap air di quasar didistribusikan ke sekitar lubang hitam masif di wilayah yang panjangnya mencakup ratusan tahun cahaya. Awan tersebut memiliki suhu minus 63 derajat Fahrenheit (-17,2 derajat celsius), namun, atmosfer bumi memiliki kepadatan yang 300 triliun kali lebih padat daripada awan tersebut.
Setidaknya, awan itu lima kali lebih panas, dan 10 sampai 100 kali lebih padat daripada apa yang biasa dijumpai di galaksi-galaksi, termasuk Bima Sakti, kata para peneliti. Awan air itu juga mengungkap info penting lain tentang quasar.
Pengukuran uap air dan molekul-molekul lain seperti karbon monoksida, mengungkap kemungkinan bahwa terdapat jumlah gas yang cukup bagi lubang hitam untuk berkembang hingga sekitar enam kali dari ukuran sebelumnya. Temuan ini akan segera dipublikasikan pada Astrophysical Journal Letters. (ren)

9000 Lagu Bajakan Diunduh Tiap Detik

"80 persen trafik internet Indonesia konten negatif".


Ilustrasi musik bajakan  

VIVAnews - Parahnya penanganan terhadap konten-konten musik bajakan di Indonesia membuat industri musik tanah air mengalami potensi kerugian yang sangat besar.
Menurut salah satu anggota yayasan Heal Our Music, Heru Nugroho Setio Utomo. Indonesia memang merupakan negara yang memiliki rekor pelanggaran hak atas kekayaan intelektual (HaKI) terburuk, mulai dari farmasi, obat-obatan, keping CD/ DVD film, musik, sampai onderdil kendaraan bermotor.
"Dan multimedia menjadi pintu pelanggaran HaKI terbesar karena bisnis multimedia dimulai dengan cara yang gratis atau tidak berbayar," ujar Heru kepada VIVAnews Sabtu 23 Juli 2011.
Lebih jauh, mantan Ketua Asosiasi Penyedia Jasa Internet (APJII) itu mengatakan, sudah sedemikian parah. Laju trafik pengunduhan musik ilegal oleh pengguna internet Indonesia bisa mencapai 9000 unduhan per detik. Bila dihitung-hitung, tak kurang dari 250 juta musik bajakan diunduh oleh pengguna internet Indonesia setiap bulan.
Akibatnya, potensi kerugian yang sangat besar terjadi di industri musik. Tak kurang dari 12 triliun melayang setiap tahun akibat konten-konten musik digital yang tak berhak cipta di internet. "Industri fisik rekaman berupa kaset, CD, atau DVD, sudah mati suri akibat illegal download," kata Heru.
Hal yang nyaris senada dikatakan oleh Wakil Ketua ID-SIRTII (Indonesian Security Incident Response Team on Internet Infrastructure) Muhammad Salahuddien. Menurut dia antara 60-80 persen trafik internet Indonesia digunakan untuk mengunduh konten negatif, termasuk pornografi, warez activity, dan konten multimedia bajakan.
"Dampak dari akses konten negatif ini membuat tingginya angka insiden yang disebabkan oleh malware (program jahat) yang biasa menumpang konten negatif ini," kata pria yang lebih akrab disapa Didien itu.
Bahkan Didien menceritakan pengalaman yang konon dialami oleh sebuah operator penyedia layanan internet, ketika filter konten negatif DNS Nawala diterapkan di jaringannya. "Ternyata setelah filter itu dipasang, trafik internet di jaringannya turun hingga 80 persen," kata Didien.
Namun Didien tak yakin dengan rencana pemblokiran yang dilakukan oleh operator telekomunikasi dan penyedia layanan internet (ISP) bisa meredakan aktivitas pengunduhan konten negatif ini.
Pasalnya, bila pemblokiran dilakukan, maka aktivitas itu akan pindah ke ranah yang lebih privat seperti memanfaatkan koneksi peer to peer yang tak bisa diblokir, menggunakan forum-forum yang lebih kecil dan memanfaatkan jaringan VPN (virtual private network).
Heru menyadari, bahwa rencana pemblokiran yang akan dilakukan oleh operator dan ISP bukan sebagai solusi yang bakal bisa memberantas habis kegiatan pengunduhan musik ilegal lewat internet. "Kita hanya ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kegiatan mengunduh lagu gratis di internet adalah ilegal," kata Heru.
Sesuai Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik No 11 tahun 2008, seseorang yang dengan sengaja dan tanpa hak mentransfer file musik bajakan terancam pidana penjara maksimal 9 tahun atau denda maksimal Rp 3 miliar.
Sementara menurut Undang-Undang Hak Cipta No 19 tahun 2002, seseorang yang melanggar hak cipta, terancam hukuman penjara maksimal 7 tahun atau denda Rp 5 miliar.